Ilmu Pengetahuan dan Teknologi merupakan suatu hal yang sudah tidak
asing lagi dalam kehidupan masyarakat dewasa ini, seolah telah menjadi
bagian primer dalam kehidupan manusia, karena hampir semua aspek
kehidupan ini memiliki kaitan yang begitu sinkron dengan ilmu
pengetahuan dan teknologi. Seiring dengan berjalannya zaman, kedua hal
ini berjalan begitu dinamis, seolah tak pernah ada habisnya, karena dari
waktu ke waktu setiap orang selalu berusaha mengembangkan teknologi dan
inovasi-inovasi baru.
Lain halnya dengan Sumber Daya Manusia dan Pertumbuhan Penduduk yang makin membludak. Pertumbuhan penduduk yang pesat yang tidak dibarengi dengan peningkatan kualitas sumber daya manusia, membuat SDM terlihat tidak berkembang dan cenderung statis. Sebagaimana masyarakat Indonesia yang perkembangan sumber daya manusianya sulit diprediksi dan ditentukan kemajuannya.
Perkembangan teknologi yang bertujuan untuk mempermudah akses dan kinerja manusia, seakan menjadi “pisau bermata dua”. Dibalik manfaatnya yang begitu memudahkan kita dalam segala hal, perkembangan teknologi membuat beberapa perindustrian dan sektor bisnis untuk mengurangi tenaga kerja manusia. Fenomena konflik antara bisnis konvensional dengan online pun menjadi permasalahan di tahun-tahun belakangan ini.
Bisnis online yang masuk diberbagai sektor seperti, makanan, pakaian, obat-obatan, kosmetik, media cetak dan transportasi. Sebagian masyarakat berpendapat bahwa bisnis online membantu dan mempermudah akses dalam jual-beli. Tetapi sebagian pihak yang sudah mempunyai bisnis konvensional (tradisional/tidak online) berpendapat bahwa bisnis online mematikan bisnis mereka. Sektor yang paling terkena tamparan keras dalam isu ini adalah dari sektor pakaian/fashion (baju, celana, sepatu, tas dan asesoris tubuh lainnya), dan sektor transportasi.
Dulu koran dan majalah merupakan bacaan wajib sehari-hari masyarakat. Membaca koran yang ditemani kopi setiap pagi merupakan aktivitas yang sulit ditinggalkan. Tetapi setelah tersedia majalah dan berita online, koran pun semakin ditinggalkan penggemarnya. Kemudahan akses dan mencari topik yang diinginkan menjadi faktor utama suksesnya media online. Distributor dan toko-toko penyedia media cetak pun merasakan dampak negatifnya.
Lain halnya dengan Sumber Daya Manusia dan Pertumbuhan Penduduk yang makin membludak. Pertumbuhan penduduk yang pesat yang tidak dibarengi dengan peningkatan kualitas sumber daya manusia, membuat SDM terlihat tidak berkembang dan cenderung statis. Sebagaimana masyarakat Indonesia yang perkembangan sumber daya manusianya sulit diprediksi dan ditentukan kemajuannya.
Perkembangan teknologi yang bertujuan untuk mempermudah akses dan kinerja manusia, seakan menjadi “pisau bermata dua”. Dibalik manfaatnya yang begitu memudahkan kita dalam segala hal, perkembangan teknologi membuat beberapa perindustrian dan sektor bisnis untuk mengurangi tenaga kerja manusia. Fenomena konflik antara bisnis konvensional dengan online pun menjadi permasalahan di tahun-tahun belakangan ini.
Bisnis online yang masuk diberbagai sektor seperti, makanan, pakaian, obat-obatan, kosmetik, media cetak dan transportasi. Sebagian masyarakat berpendapat bahwa bisnis online membantu dan mempermudah akses dalam jual-beli. Tetapi sebagian pihak yang sudah mempunyai bisnis konvensional (tradisional/tidak online) berpendapat bahwa bisnis online mematikan bisnis mereka. Sektor yang paling terkena tamparan keras dalam isu ini adalah dari sektor pakaian/fashion (baju, celana, sepatu, tas dan asesoris tubuh lainnya), dan sektor transportasi.
Dulu koran dan majalah merupakan bacaan wajib sehari-hari masyarakat. Membaca koran yang ditemani kopi setiap pagi merupakan aktivitas yang sulit ditinggalkan. Tetapi setelah tersedia majalah dan berita online, koran pun semakin ditinggalkan penggemarnya. Kemudahan akses dan mencari topik yang diinginkan menjadi faktor utama suksesnya media online. Distributor dan toko-toko penyedia media cetak pun merasakan dampak negatifnya.
“Dulu sebelum jam 12 sudah habis semua koran yang
saya jual, sekarang boro-boro habis, laku 5 lembar aja saya sudah
syukur”, kata penjual koran keliling.
Disaat bisnis online belum menjamur seperti sekarang, bisnis fashion di pasar, ruko, dan mall sangat menjanjikan. Setiap akhir pekan, konsumen rela berjalan kaki keliling mall demi membeli satu sampai dua helai baju. Jadi ke pasar dan ke mall memang bertujuan untuk belanja. Tetapi disaat bisnis online telah menjamur di semua kalangan masyarakat, sebagian besar konsumen pun berpindah gaya dari yang sebelumnya belanja secara konvensional, menjadi konsumen yang belanja secara online.
Disaat bisnis online belum menjamur seperti sekarang, bisnis fashion di pasar, ruko, dan mall sangat menjanjikan. Setiap akhir pekan, konsumen rela berjalan kaki keliling mall demi membeli satu sampai dua helai baju. Jadi ke pasar dan ke mall memang bertujuan untuk belanja. Tetapi disaat bisnis online telah menjamur di semua kalangan masyarakat, sebagian besar konsumen pun berpindah gaya dari yang sebelumnya belanja secara konvensional, menjadi konsumen yang belanja secara online.
“Dulu
setiap akhir pekan banyak yang belanja dan membeli produk kami, tapi
sekarang orang-orang ke mall tujuannya cuma jalan-jalan dan cari
hiburan, paling-paling nonton bioskop, makan di restoran cepat saji,
sama karaoke”, ujar karyawan sebuah toko di mall Samarinda Central
Plaza.
Konsumen di jaman sekarang sangatlah dimanjakan teknologi, hanya cukup browsing di aplikasi online seperti Lazada, Tokopedia, Bukalapak.com, OXL, dll. Tekan tombol “buy/beli”, lalu lakukan transaksi melalui kartu ATM ataupun kartu kredit, selesai. Sangat mudahnya akses pembelian dan tidak perlu buang-buang energi untuk keliling belanja, membuat bisnis ini sangat digandrungi konsumen. Jika dilihat dari segi keuntungan, bisnis online lah yang lebih menguntungkan karena tidak memerlukan modal sewa tempat serta menghasilkan keuntungan yang dihasilkan dari penjualan juga besar.Paling-paling konsumen setia untuk penjualan konvensional di produk fashion adalah konsumen yang berbadan “big size” dan takut akan penipuan. Rata-rata yang beli pasti yang badannya langsing, kalau orang gemuk takut nanti bajunya ga cukup”, kata adik saya yang juga punya bisnis online. Sekalian promo deh hehe, Sektor transportasi pun juga terkena imbas dari perkembangan teknologi. Dulu bisnis-bisnis seperti penjualan tiket pesawat dan kapal laut sangatlah menjanjikan. Semakin murahnya harga tiket pesawat, membuat bisnis ini tidak pernah sepi konsumen. Tetapi setelah ada aplikasi seperti traveloka, penjualan tiket konvensional pun mulai ditinggalkan.
Tidak habis disitu, kehadiran jasa online seperti Gojek, Uber, dan Grab juga membuat taksi-taksi konvensional dan pangkalan ojek merasakan dampak negatifnya. Setelah berkurangnya konsumen karena sebagian besar masyarakat memiliki kendaraan bermotor, sekarang jasa transportasi konvensional harus bersaing dengan jasa transportasi online.Sama seperti aplikasi pembelian online sebelumnya, transportasi online memiliki aplikasi yang memudahkan konsumen. Tinggal menunggu di depan rumah, dan harganya sudah ditentukan di awal membuat jasa ini semakin booming. Kemudahan-kemudahan akses yang tidak dimiliki jasa konvesional ini yang membuat jasa online sangatlah diminati konsumen.
Konflik antara taksi konvensional terhadap taksi/ojek online pun tidak bisa dihindari. Berawal dari aksi demo yang dilakukan supir taksi dan angkutan umum konvensional yang mengatakan bahwa jasa online mematikan pekerjaan mereka. Merasa tidak ditanggapi oleh pemerintah, supir-supir konvensional di berbagai daerah melakukan aksi boikot. Jasa online yang masih beroperasi pun terkena imbasnya, pemukulan dan perusakan kendaraan pun dilakukan supir-supir konvensional yang tidak bisa menahan emosinya. Pemerintah pun harus berputar otak untuk mencari solusi dari permasalahan ini.(Kamis, 30 Maret 2017) – Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) memberikan rekomendasi kepada Presiden Joko Widodo terkait kisruh antara taksi online dengan taksi konvensional. Rekomendasi seperti, mengakomodasikan aset secara individual ke aset koperasi, taksi online tidak boleh menerapkan tarif bawah, dan tak online harus menerapkan kuota jumlah armada.
Kebijakan-kebijakan di atas memang dapat membantu untuk mengurangi kisruh antara taksi online vs taksi konvensional, tetapi merugikan konsumen dan pekerja taksi/ojek online. Harga naik akan mengurangi daya konsumsi, pembatasan kouta jumlah armada memberikan dampak naiknya angka pengangguran.
Konsumen di jaman sekarang sangatlah dimanjakan teknologi, hanya cukup browsing di aplikasi online seperti Lazada, Tokopedia, Bukalapak.com, OXL, dll. Tekan tombol “buy/beli”, lalu lakukan transaksi melalui kartu ATM ataupun kartu kredit, selesai. Sangat mudahnya akses pembelian dan tidak perlu buang-buang energi untuk keliling belanja, membuat bisnis ini sangat digandrungi konsumen. Jika dilihat dari segi keuntungan, bisnis online lah yang lebih menguntungkan karena tidak memerlukan modal sewa tempat serta menghasilkan keuntungan yang dihasilkan dari penjualan juga besar.Paling-paling konsumen setia untuk penjualan konvensional di produk fashion adalah konsumen yang berbadan “big size” dan takut akan penipuan. Rata-rata yang beli pasti yang badannya langsing, kalau orang gemuk takut nanti bajunya ga cukup”, kata adik saya yang juga punya bisnis online. Sekalian promo deh hehe, Sektor transportasi pun juga terkena imbas dari perkembangan teknologi. Dulu bisnis-bisnis seperti penjualan tiket pesawat dan kapal laut sangatlah menjanjikan. Semakin murahnya harga tiket pesawat, membuat bisnis ini tidak pernah sepi konsumen. Tetapi setelah ada aplikasi seperti traveloka, penjualan tiket konvensional pun mulai ditinggalkan.
Tidak habis disitu, kehadiran jasa online seperti Gojek, Uber, dan Grab juga membuat taksi-taksi konvensional dan pangkalan ojek merasakan dampak negatifnya. Setelah berkurangnya konsumen karena sebagian besar masyarakat memiliki kendaraan bermotor, sekarang jasa transportasi konvensional harus bersaing dengan jasa transportasi online.Sama seperti aplikasi pembelian online sebelumnya, transportasi online memiliki aplikasi yang memudahkan konsumen. Tinggal menunggu di depan rumah, dan harganya sudah ditentukan di awal membuat jasa ini semakin booming. Kemudahan-kemudahan akses yang tidak dimiliki jasa konvesional ini yang membuat jasa online sangatlah diminati konsumen.
Konflik antara taksi konvensional terhadap taksi/ojek online pun tidak bisa dihindari. Berawal dari aksi demo yang dilakukan supir taksi dan angkutan umum konvensional yang mengatakan bahwa jasa online mematikan pekerjaan mereka. Merasa tidak ditanggapi oleh pemerintah, supir-supir konvensional di berbagai daerah melakukan aksi boikot. Jasa online yang masih beroperasi pun terkena imbasnya, pemukulan dan perusakan kendaraan pun dilakukan supir-supir konvensional yang tidak bisa menahan emosinya. Pemerintah pun harus berputar otak untuk mencari solusi dari permasalahan ini.(Kamis, 30 Maret 2017) – Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) memberikan rekomendasi kepada Presiden Joko Widodo terkait kisruh antara taksi online dengan taksi konvensional. Rekomendasi seperti, mengakomodasikan aset secara individual ke aset koperasi, taksi online tidak boleh menerapkan tarif bawah, dan tak online harus menerapkan kuota jumlah armada.
Kebijakan-kebijakan di atas memang dapat membantu untuk mengurangi kisruh antara taksi online vs taksi konvensional, tetapi merugikan konsumen dan pekerja taksi/ojek online. Harga naik akan mengurangi daya konsumsi, pembatasan kouta jumlah armada memberikan dampak naiknya angka pengangguran.
Cara Menyikapi Polemik Antara Offline vs Online
Perkembangan
teknologi tidak bisa dicegah dan tidak bisa dihambat. Hal ini yang
membuat bisnis online sekarang tengah jadi primadona di kalangan
pencinta shopping tanah air. Menurut data dari pemerintah, jumlah
pengguna internet di Indonesia sudah lebih dari separuh dari total
penduduk yaitu 57 persen atau lebih tepatnya sekitar 132 juta pengguna.
Pertumbuhan bisnis e-commerce yang berbanding lurus dengan pertumbuhan
pengguna internet memberikan dampak nyata bisnis online terhadap bisnis
offline/konvensional.Hal yang dilakukan oleh masyarakat adalah berdamai dengan perubahan dan
mengikuti alur perubahan tersebut. Seperti produsen koran dan majalah
offline membuat jalan alternatif yaitu membuat koran dan majalah online.
Perusahaan fashion Matahari yang terkenal dan selalu ada di setiap mall
juga membuat fasilitas online
0 comments:
Post a Comment