SERANG, (KB).- Hujan lebat disertai angin kencang
dan sambaran petir yang melanda Kampung Cibereum dan Pabuaran,
Desa/Kecamatan Cikande, Kamis (16/11/2017) sempat membuat warga sekitar
menjadi panik. Bahkan, warga juga tak sungkan berteriak dan kocar-kacir
dan meninggalkan harta bendanya saat musibah tersebut datang.
Pantauan Kabar Banten, tampak puing-puing bangunan berserakan di
perkampungan tersebut. Tidak hanya rumah, namun juga pohon-pohon tampak
tumbang. Genteng rumah juga tampak berserakan di sekitar lokasi
kejadian. Tampak juga warga yang berkumpul dan sedang bercerita satu
sama lain tentang peristiwa nahas tersebut. Bantuan-bantuan juga sudah
tampak mulai berdatangan, mulai dari makanan hingga tenda darurat.
Seorang warga Kampung Pabuaran, Desa Cikande, Arsiti (49) menuturkan,
saat peristiwa tersebut terjadi sedang bersama cucunya di dalam rumah.
Saat itu, dia melihat angin hitam yang berputar dengan sangat kencang.
Awan juga tampak gelap saat itu. “Bukan cuma angin, tapi juga hujan sama
petir, sekitar jam 14.30,” katanyadi lokasi, Jumat (17/11/2017).
Karena melihat kondisi tersebut, dia kemudian berlari keluar rumah.
Sebab, dia khawatir rumahnya yang terbuat dari bilik tersebut akan roboh
dan menimpa dia dan juga cucunya. Ia berlari menuju rumah tetangganya
yang lebih kokoh. Bahkan, bukan hanya dia, warga lain juga saat itu
tampak berlari mencari perlindungan.
Sepanjang peristiwa tersebut, dia tak henti mengucapkan Istigfar. Ia
sudah tak memedulikan harta benda miliknya. Sebab, yang terpenting,
adalah nyawanya dan juga anak cucunya. “Saya tarik cucu saya dan saya
ajak lari keluar itu,” ujarnya.
Wanita yang telah lama menjanda tersebut mengatakan, setelah kejadian
harus menghabiskan malam dengan tidur di rumah tetangganya. Sebab,
rumahnya sudah tak ada. Sebagian anggota keluarganya, bahkan tidur di
bekas reruntuhan dengan menggunakan alas bilik. “Saya tinggal sama cucu
dan anak, semuanya 12 orang serumah,” ucapnya.
Sementara itu, Camat Cikande, Ajat Sudrajat menuturkan, pada dasarnya
apa yang terjadi tersebut adalah musibah. Ia tidak menyangka akibat
dari bencana tersebut sangat luar biasa, bahkan menelan kerugian yang
lumayan besar. “Saya juga enggak nyangka,” tuturnya saat meninjau ke
lokasi.
Setelah meninjau di Kampung Pabuaran dan Cibereum, terdapat 3 rumah
yang rata dengan tanah, sedangkan 4 rumah lainnya mengalami rusak berat.
Selain itu, ratusan rumah lainnya mengalami rusak ringan dan sedang.
Untuk menanganinya, pihaknya akan menggunakan skala prioritas.
“Jadi, kami sudah berkoordinasi dengan dinas instansi yang kompeten.
Kalau untuk pendataan awal itu dengan BPBD, ada data dasar
di-assessment. Kemudian, dikoordinasikan dengan Dinas Sosial, Bazda,
terutama kaitannya dengan yang rata dengan tanah,” katanya.
Bantuan CSR
Sesuai petunjuk Bupati Serang, Ratu Tatu Chasanah, agar rumah-rumah
yang roboh tersebut jika memungkinkan, agar dimasukkan dalam rutilahu
(rumah tidak layak huni) penanganannya. Namun, setelah diidentifikasi,
salah satu rumah korban tersebut memang masuk dalam kategori rutilahu.
“Tinggal yang 2 ini mungkin kami dorong ke Dinsos dan Bazda untuk
penanganannya. Sementara, untuk korban lainnya sudah didorong logistik
dari Dinsos dan kami distribusikan,” ujarnya.
Selain dari pemerintah, penanganan rumah korban yang roboh juga akan
diupayakan dari Tim CSR Kabupaten Serang. Pihaknya akan mencoba
berkoordinasi dengan tim CSR tesebut. “Mudah-mudahan tim CSR yang
mayoritas pengurusnya pihak swasta terutama Serang Timur bisa bantu yang
dua rumah itu yang rata dengan tanah,” ucapnya.
0 comments:
Post a Comment