SERANG, (KB).- Direktur Rumah Sakit dr Drajat
Prawiranegara (RSDP) Serang, dr Agus Gusmara, memberikan penjelasan
terkait meninggalnya mahasiswa UIN Jakarta yang dikabarkan suspect
difteri. Agus mengatakan, pada Sabtu (9/12/2017), pasien atas nama
Aufatul Khuzzah (19) asal Tanara, Kabupaten Serang, dirujuk ke RSDP
karena suspect difteri. Pasien kemudian masuk ke ruang isolasi pada pukul 12.35 WIB.
Di ruang isolasi, pasien kemudian diberi anti difteri serum(ADS)
karena, secara klinis, terdapat membran persis difteri di
tenggorokan. “Secara klinis mirip, yang menunjang ada di tenggorokan
membran persis difteri, maka dikasih ADS walaupun belum dinyatakan
positif. Dikasih ADS karena secara klinis mirip, takut kecolongan,”
ujarnya.
Menurut Agus, pada hari itu, kondisi pasien, naik-turun. Hemoglobin
(Hb) di hari saat pasien datang kira-kira 9,8. Lalu, pada Kamis
(14/12/2017), Hb pasien kemudian turun menjadi 6. Dokter RSDP kemudian
memberikan transfusi darah sebanyak 2 labu (kantong). Sabtu
(16/12/2017), pasien mengalami perbaikan Hb di angka 7,8, tapi belum
aman. Dua hari berikutnya, Hb pasien kemudian menjadi 11,3. Kondisi Hb
pasien kemudian drop pada Kamis (21/12/2017) menjadi 7,5. Esoknya,
kondisi Hb pasien terus turun menjadi 6. “Ini rencana mau ditransfusi
(darah) 2 labu dan tanggal 22 (Desember) ada informasi dari Kemenkes
dari litbangkesnya. Hasilnya negatif difteri,” ujarnya.
Karena ada laporan laboratorium Kemenkes bahwa pasien negatif
difteri, pihak rumah sakit kemudian memindahkan pasien ke ruangan biasa
di Dahlia pada Sabtu (23/12/2017). Pemindahan dilakukan karena di ruang
isolasi terdapat pasien suspect difteri. Minggu (24/12/2017), pasien
meninggal, ujar dr Agus Gusmara saat dimintai konfirmasi wartawan,
Selasa (26/12/2017).
Menurut Agus, pihak rumah sakit menemukan diagnosis selain difteri. Tubuh pasien didiagnosis hypovolemic ec melena ec myocarditis ec acidosis.
Atau kekurangan jumlah cairan tubuh, termasuk darah, yang disebabkan
keluar darah dari saluran cerna/berak darah akibat infeksi otot jantung
yang disebabkan keracunan dan keasaman cairan tubuh. “Sementara
diduganya difteri ternyata mungkin penyakit lain. Jadi di ruang isolasi
memang dikhususkan difterinya,” ujarnya. “Tapi kan
namanya suspect diduga, jadi RS jaga-jaga dikasih serum ADS karena
secara klinisnya begitu,” ujar Agus.
0 comments:
Post a Comment