JAKARTA- Salah satu dari cacatan kritis Federasi Serikat Guru Indonesia
(FSGI) terkait pendidikan Indonesia sepanjang 2017 adalah, kekerasan
yang semakin massif dan mengerikan, baik yang dilakukan siswa maupun
dilakukan guru.
Menanggapi hal tersebut, Komisioner Komisi Perlindungan Anak
Indonesia (KPAI), Retno Lestari mengatakan, KPAI tentu saja prihatin
dengan kekerasan di dunia pendidikan yang semakin massif dan mengerikan
di sekolah, bahkan beberapa kasus memakan korban, seperti galadiator di
Rumpin, kabupaten Bogor yang menewaskan MRS karena luka pacokan.
Dia juga menilai, trend kasus-kasus kekerasan di kalangan anak-anak
yang bahkan disertai disertai penjarah seperti kasus Geng Motor “Jepang”
di Depok.
“Oleh karena itu, KPAI mendorong Kemendikbud dan Kemenag untuk
memiliki program yang dapat mewujudkan sekolah aman dan nyaman untuk
peserta didik atau bisa diistilah dengan sekolah ramah anak (SRA),” kata
Retno, Rabu (27/12).
Lanjutnya, salah satu upaya yang harus dilakukan Kemdikbud dan
Kemenag dalam mewujudkan SRA adalah menyiapkan para guru dan kepala
sekolah memahami aturan-aturan terkait perlindungan anak dan juga
pendidikan tentang psikologi anak.
Retno pun menyampaikan kalau sudah semestinya guru-guru dan kepsek
harus diberi pelatihan cara mencegah dan menangani kekerasan di sekolah,
karena banyak guru dan kepala sekolah gagap dalam menghadapi kekerasan
di sekolah.
Selain itu, kata Retno, KPAI mendorong pemerintah untuk melakukan
percepatan dan sosialisasi program sekolah ramah anak (SRA), karena
jumlah sekolah yang mendeklarasikan SRA saat ini baru mencapai 2800
sekolah dari 260.000 sekolah atau baru sekitaar 0,09%.
Senada, FSGI dalam release yang disampaikan di Jakarta pada Selasa,
26 Desember kemarin juga merekomendasikan hal yang sama dengan Retno
untuk mencegah dan menangani kekerasan di sekolah, salah satunya dengan
melakukan percepatan dan sosialisasi program sekolah ramah anak.
0 comments:
Post a Comment