JAKARTA – Komitmen pemerintah untuk mulai beralih secara bertahap
pada penggunaan energi baru terbarukan (EBT) yang ramah lingkungan dan
mengurangi kebergantungan pada energi fosil harus segera direalisasikan
untuk menekan impor.
Sumber energi yang paling potensial di Indonesia yang dinilai tepat
untuk pengembangan kendaraan di masa depan adalah energi listrik. Sebab
itu, pengembangan industri baterai kendaraan listrik perlu diwujudkan,
mengingat Indonesia memiliki cadangan bahan baku nikel dan kobalt yang
sangat besar, bahkan terbesar di dunia.
Penasihat Khusus Bidang Kebijakan Inovasi dan Daya Saing Industri
Kementerian Koordinator Maritim dan Investasi, Satryo Soemantri
Brodjonegoro, di Jakarta, Minggu (26/7) seperti dikutip Antara mengatakan Indonesia telah siap menjadi produsen kendaraan listrik.
“Kita tidak ingin menjadi importir kendaraan terus-menerus, tapi
harus bisa memproduksi kendaraan listrik. Dari sisi teknologi
sebenarnya Indonesia sudah bisa menguasai,” kata Satryo.
Selain itu, cadangan bahan baku berupa nikel dan kobalt potensinya
sangat besar dikembangkan menjadi industri baterai lithium sebagai
komponen utama kendaraan listrik.
Komitmen Indonesia untuk menjadi produsen kendaraan listrik telah
dituangkan dalam Perpres Nomor 55 Tahun 2019 tentang Percepatan
Program Kendaraan Bermotor Listrik Berbasis Baterai (Battery Electric Vehicle) untuk Transportasi Jalan. Perpres itu menandakan kebangkitan Indonesia untuk menjadi produsen kendaraan listrik.
Dengan regulasi tersebut, diharapkan bisa menciptakan lingkungan
bersih karena kendaraan listrik tidak lagi menggunakan bahan bakar
fosil, tetapi baterai lithium yang emisinya nol. “Jadi tidak ada
pencemaran udara,” katanya.
Di sisi lain, pemerintah juga berusaha menekan impor bahan bakar
minyak (BBM) dan menjadi negara industri kendaraan listrik karena memang
memiliki potensi, dengan dukungan pasar yang luas serta mobilitas yang
sangat tinggi.
Untuk tahap pertama, Indonesia katanya akan mencoba mengembangkan
kendaraan bermotor listrik berbasis baterai, dan baterai lithium sebagai
komponen penggerak utama dari kendaraan listrik. “Harus berjalan
paralel, kita tawarkan ke negara yang sudah lebih maju di bidang
industri ini untuk bekerja sama,” katanya.
Pemerintah juga mengundang investor asing untuk membangun pabrik
kendaraan listrik di dalam negeri dan sudah ada beberapa yang berminat.
“Kita ingin bukan hanya membeli kendaraan listrik saja, tapi juga
bisa mendapatkan manfaat transfer teknologi sehingga dalam jangka
panjang Indonesia bisa menjadi produsen kendaraan listrik,” katanya.
Alih Teknologi
Asisten Deputi Industri Penunjang Infrastruktur Kemenko Maritim dan
Investasi, Firdausi Manti, menambahkan, pemerintah mendukung swasta
mengimpor kendaraan listrik, tetapi berharap ada alih teknologi dari
prinsipal asing. Dia mengakui Indonesia tidak mungkin berjalan sendiri
mengembangkan teknologi sehingga harus menggandeng negara yang memiliki
teknologi kendaraan listrik.
“Indonesia bisa jadi pemain rantai pemasok global baterai untuk
kendaraan listrik. Rantai pasokan global dalam industri kendaraan
listrik diperlukan, di mana sesama negara bisa saling melengkapi suku
cadang,” tutup Firdausi
0 comments:
Post a Comment