JAKARTA - Angka Purchasing Managers' Index (PMI) Manufaktur Indonesia pada April lalu melampaui 50, yang mencerminkan membaiknya kepercayaan manajer pengadaan pada industri manufaktur untuk melakukan pembelian barang input. Hal itu dipicu oleh membaiknya daya beli dan harga pada tingkat konsumen.
Meskipun demikian, terdapat elemen PMI yang masih kurang dari 50, yaitu harga bahan baku yang masih mahal serta besarnya waktu dan biaya pengiriman barang.
Pakar Ekonomi dari Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (LPEM FEB-UI), Mohamad D. Revindo, dalam hasil kajiannya yang diterima di Jakarta, Jumat (28/5), mengatakan dengan kondisi tersebut, maka perlu dipertimbangkan insentif untuk pelaku usaha sektor transportasi dan logistik. Khususnya, untuk kegiatan agregasi dan pengiriman barang dari perdesaan ke perkotaan dan dari luar Jawa ke Jawa, serta pengiriman barang produksi dari sentra UMKM ke pusat-pusat konsumen.
Menurut Revindo, berbagai indikator menunjukkan ekspansi industri manufaktur secara umum, tetapi jika dilihat lebih mendetail pada elemen pembentuk PMI maka masih terdapat beberapa hal yang masih menghambat percepatan pemulihannya.
Misalnya, elemen harga bahan baku serta elemen waktu dan biaya pengiriman barang masih mencatat nilai kurang dari 50. Hal itu mengindikasikan bahwa industri hulu masih tertinggal pemulihannya serta masih terhambatnya mobilitas dan pengiriman barang, baik domestik maupun lintas negara (ekspor dan impor).
"Tidak mengherankan jika elemen perekrutan tenaga kerja pada PMI masih pada kisaran angka 50. Ini mengindikasikan meskipun industri manufaktur telah mulai melakukan pembelian input, tetapi mereka belum cukup yakin untuk merekrut tenaga kerja baru," kata Revindo.
Sebab, dalam perekrutan tenaga kerja diakuinya membutuhkan komitmen jangka menengah berupa kontrak kerja dan kewajiban perusahaan terhadap pekerja.
Pemberian Stimulus
Dengan demikian, untuk mempercepat pemulihan manufaktur, kebijakan yang dapat ditempuh, kata Revindo, adalah pemberian stimulus pada sektor transpotasi dan logistik. Misalnya, dapat dipertimbangkan pemberian insentif untuk perusahaan jasa pengiriman barang yang memiliki komitmen mengirim barang dari wilayah perdesaan ke perkotaan atau dari luar Jawa ke Jawa, atau mengirim produk-produk Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) dari sentra produksi ke sentra konsumen.
Selain itu, juga perlu memberi perhatikan pada perusahaan (termasuk start-up) yang bergerak pada bidang pergudangan dan pengiriman yang berperan menjadi agregator pendistribusian produk UMKM di berbagai daerah.
"Apa yang telah dilakukan oleh PT KAI dan DAMRI, yang menawarkan fasilitas pengiriman produk UMKM dari daerah ke perkotaan, adalah inisiatif yang sangat tepat dan perlu direplikasi di berbagai daerah dan diterapkan pada jasa angkutan laut," katanya.
Jika sisi logistik tersebut bisa dibenahi maka dia memperkirakan PMI sebesar 55,25 persen pada kuartal kedua 2021 akan lebih mungkin tercapai.
0 comments:
Post a Comment