Jakarta- Direktur Eksekutif Indonesian Presidesian Presidential Studies Nyarwi Ahmad menyatakan dirinya menilai ada plus dan minus jika hanya ada dua pasang calon presiden-calon wakil presiden di Pemilu 2024
Hal itu disampaikannya menanggapi lontaran Sekjen PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto soal keinginan agar hanya ada dua pasang calon di Pilpres 2024 nanti.
Menurut Nyarwi, dari perspektif efisiensi proses penyelenggaraan pemilu, ide yang disampaikan Hasto tersebut bagus dan positif. Karena proses pemilu berlangsung hanya satu tahap dan jangka waktunya lebih pendek.
"Hal ini akan menghemat biaya dan sumber daya penyelenggaraan pemilu," kata Nyarwi, Minggu (30/5/2021).
Baginya, ide itu hanya akan ditentang elite yang potensial maju dan mendapatkan dukungan luas dari masyarakat, namun berpotensi tidak diajukan oleh parpol dalam bursa Pilpres.
"Ide tersebut berdampak negatif ke mereka," imbuhnya.
Hal lainnya, sebagaimana pengalaman Pilpres 2014 dan 2019 lalu, pertarungan sengit antara dua pasangan capres-cawapres membuka peluang menguatnya arus polarisasi politik. Khususnya berbasis isu agama.
Namun demikian, lanjutnya, dua pasangan yang bertarung dalam Pilpres 2024 mendatang sebenarnya tidak masalah. Asal parpol-parpol pengusung atau koalisi parpol pengusung melakukan proses seleksi secara terbuka/transparan, inklusif dan demokratis. Artinya dengan mengakomodasi pendapat publik.
Hal ini misalnya, bisa dilakukan dengan model konvensi. Namun harus berbeda dengan model-model konvensi yang sebelumnya pernah dilakukan Golkar atau Demokrat. Konvensi ala mereka dilaksanakan di internal parpol. Harusnya dilakukan dengan betul-betul terbuka serta mengakomodasi suara publik.
0 comments:
Post a Comment