JAKARTA- Pemerintah dikatakan akan terus menerapkan pembatasan PPKM selama masa pandemi Covid-19 belum usai. Namun, penetapan besaran level dikembalikan kepada capaian dan perkembangan daerah terkait.
Dengan demikian, akan ada perbedaan level di tingkat-tingkat daerah yang juga sejalan dengan pelonggaran bagi kegiatan ekonomi. Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira mewanti-wanti pemerintah untuk berpatokan pada tiga syarat.
Bhima meminta syarat tersebut diperhatikan untuk kelancaran pelonggaran PPKM di daerah yang ditetapkan. Pertama, dia mengingatkan bagi sektor usaha yang dibuka adalah sektor yang mudah dalam melakukan tracing penularan Covid-19.
Kemudian, sektor yang memiliki dampak besar terhadap serapan tenaga kerja. Artinya dengan dibukanya sektor tersebut, akan mampu mengurangi jumlah orang yang menganggur atau dirumahkan. Dan terakhir, sektor yang dibuka adalah yang memiliki kriteria sektor yang memiliki dampak berganda (multiplier effect) luas ke sektor lainnya.
"Jadi dibanding melonggarkan mal, sebenarnya efek ke pelonggaran di kawasan industri pengolahan lebih berdampak terhadap ekonomi," katanya saat dihubungi Liputan6.com, Minggu (29/8).
Dia mengacu pada hasil studi di beberapa negara yang mampu mengangkat ekonomi di tengah pandemi seperti China dan Vietnam. Di dua negara tersebut, sektor pertama yang mendapat fasilitas pelonggaran adalah industri pengolahan.
"Baru disusul retail, pendidikan dan jasa lainnya," katanya.
Lebih lanjut, Bhima mengingatkan kepada masyarakat untuk melakukan beberapa upaya antisipasi. Misalnya dengan memperbesar nilai dana darurat. "Bagi masyarakat diminta untuk memperbesar dana darurat untuk mempersiapkan biaya kesehatan, biaya kehilangan pekerjaan karena situasi belum pasti," tuturnya.
Dengan demikian, masyarakat perlu memperhitungkan dalam segi belanja dengan menahan belanja yang tak jadi prioritas dan fokus pada kebutuhan pokok. Kemudian, dia juga mengimbau untuk sebisa mungkin mengurangi pinjaman.
Bagi pelaku usaha, Bhima mengatakan saat ini adalah waktu yang tepat untuk merombak model usaha yang tidak dapat bersaing di pasaran. "Contohnya penjualan baju/ fashion turun tajam selama pandemi, tapi spesifik busana muslim yang dijual baik di platform maupun sosial media naik, Kemudian bisnis apotek cukup menjamur karena masyarakat semakin peduli kesehatan," tuturnya.
Dia mengatakan banyak bisnis yang tutup permanen, namun banyak juga peluang yang muncul selama pandemi. Inovasi dan digitalisasi jadi kunci jalan keluar bagi pelaku usaha.
0 comments:
Post a Comment