"Keputusan pemerintahan baru AS untuk memberikan tekanan pada rakyat Iran dengan mencegah Iran melakukan perdagangan yang sah dengan mitra ekonominya adalah tindakan yang tidak sah dan melanggar hukum," kata Baghaei, seperti dikutip dari Al-Jazeera, Sabtu 8 Februari 2025.
Menurutnya, AS bertanggung jawab atas konsekuensi dan dampak dari tindakan sepihak dan intimidasi tersebut.
Sementara itu, Pemimpin Tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei, menolak kemungkinan negosiasi dengan Amerika Serikat. Ia menyatakan bahwa berdasarkan pengalaman masa lalu, berunding dengan AS bukanlah tindakan yang cerdas, bijaksana, atau terhormat.
“Berunding dengan Amerika bukanlah hal yang cerdas, bijaksana, atau terhormat. Itu tidak akan menyelesaikan masalah kita. Alasannya? Pengalaman!” kata Khamenei.
Khamenei menegaskan bahwa Iran akan merespons setiap ancaman terhadap keamanannya dengan tindakan yang setimpal.
Presiden AS Donald Trump sebelumnya mengindikasikan rencana untuk meningkatkan tekanan terhadap Iran dengan tujuan mencapai "perjanjian perdamaian nuklir yang terverifikasi".
Pada tahun 2018, Trump menarik AS keluar dari perjanjian nuklir 2015 antara Iran dan kekuatan dunia, yang dirancang untuk membatasi kemampuan nuklir Teheran, dan menerapkan kembali sanksi yang keras. Tindakan ini mendorong Teheran untuk melanggar batasan-batasan yang ditetapkan dalam perjanjian tersebut.
Sanksi
terbaru yang diumumkan pada Kamis, 6 Februari 2025, menargetkan
jaringan internasional yang terlibat dalam pengiriman minyak Iran ke
China. Departemen Keuangan AS menyatakan bahwa jaringan ini menghasilkan
pendapatan ratusan juta dolar yang digunakan untuk mendukung program
nuklir Iran, pengembangan misil, dan kelompok teroris.
Perusahaan
Sepehr Energy, yang digambarkan sebagai perusahaan pemasok militer
Iran, disanksi karena mengirimkan minyak ke China atas nama Staf Umum
Angkatan Bersenjata Iran.
Selain itu, kapal-kapal seperti CH
Billion dan Star Forest juga dikenai sanksi karena mengangkut minyak
Iran. Pemerintahan Trump menegaskan bahwa langkah-langkah ini merupakan
bagian dari strategi "tekanan maksimum" untuk mengurangi ekspor minyak
Iran dan memotong sumber pendapatan yang digunakan untuk mendukung
program nuklir dan aktivitas destabilisasi lainnya. Trump juga menyatakan kesediaannya untuk bernegosiasi dengan Iran untuk
mencapai kesepakatan baru, meskipun sanksi terus diberlakukan.
Negara-negara
Eropa seperti Jerman, Prancis, dan Inggris telah mengadakan pembicaraan
diplomatik dengan Teheran dalam beberapa bulan terakhir dengan harapan
menemukan jalan untuk memulihkan perjanjian nuklir 2015 yang
ditinggalkan oleh Trump pada tahun 2018.
0 comments:
Post a Comment