Dalam kehidupan keluarga,
tidak dapat dipungkiri, kita akan berhadapan dengan berbagai problema,
yang berkaitan erat dengan kelemahan/kekurangan dari masing-masing kita
sebagai pasangan. Ini adalah bagian dari sunnatullah, setiap kita punya
kelemahan, di samping bahwa setiap kita punya
kelebihan/keutamaan/keistimewaan yang tidak dimiliki oleh orang lain.
Kalau Imam Ghazali mengatakan bahwa hidup ini adalah antara sabar dan
syukur, iman itu separuhnya adalah syukur, dan separuhnya lagi adalah
sabar, maka demikian juga dengan kehidupan suami istri dalam keluarga.
Kadang, pada saat tertentu, seorang suami yang harus bersabar, dengan
kelakuan istri yang kurang berkenan di hatinya, dan pada saat itu istri
bersyukur karena memiliki suami yang sabar. Di lain kesempatan, giliran
istri yang harus bersabar, melihat kekurangan/kelemahan suami, sementara
suami perlu bersyukur karena istrinya bisa bersabar.Saya teringat dengan satu kisah (entah fiksi atau nyata), yang pernah saya dengar dari seorang ustadz
yang juga psikolog. Ada sepasang suami istri, sang suami wajahnya
biasa-biasa saja, sementara istrinya sangat cantik (secara umum
penilaian orang demikian). Suatu kali, suami pulang ke rumah dengan
membawa uang yang cukup banyak, dan langsung diberikan kepada istrinya.
Kemudian suami berangkat kembali. Ketika pulang kembali ke rumah, suami
menyatakan, uang yang kemarin telah dimanfaatkan untuk apa? Tapi
ternyata istri sama sekali tidak ingat bahwa suami telah memberikan
uang, ia benar-benar lupa, di mana ia menyimpannya, sementara beberapa
hari kemarin, ia telah beres-beres rumah, dan ia baru teringat bahwa
bungkusan uangnya telah ikut terbuang ke tempat sampah saat beres-beres
rumah. Jadi, ternyata, istrinya yang wajahnya sangat cantik, memiliki
kekurangan, orangnya pelupa. Untungnya suaminya mampu bersabar,
menghadapinya kejadian tersebut. Kisah ini menjadi salah satu contoh
bahwa kehidupan suami istri, memang antara ‘sabar dan syukur’. Kemarin2
istri yang harus banyak bersabar, punya suami yang wajahnya biasa-biasa
saja, dan suami yang banyak bersyukur, karena memiliki istri yang sangat
cantik. Dengan kejadian tersebut, suami yang harus bersabar, karena
istrinya pelupa, dan istri yang bersyukur karena, suaminya tidak marah
dengan kejadian tersebut.Keharusan
sabar dan syukur seperti di atas, pasti dihadapi oleh seluruh pasangan
suami istri. Tanpa kecuali. Kadang seorang istri harus bersabar melihat
kelakuan suami yang belum berubah, meski berkali-kali diingatkan, suami
masih sering menumpuk dan menggantung baju di ata kapstok kamar. Kadang
suami yang harus bersabar, mendapati istrinya yang nggak
terampil-terampil mengoperasikan komputer, meski berkali-kali tela
diajari oleh suaminya. Kadang suami yang merasa begitu bersyukur, punya
seorang istri yang pandai menata rumah agar nyaman, kadang istri yang
merasa begitu bersyukur, punya suami yang begitu perhatian terhadap
pendidikan anak-anak.Sabar dan syukur.
Inilah dua kunci yang harus selalu kita siapkan, untuk membuka pintu
kebahagiaan dalam kehidupan keluarga, dalam kehidupan suami istri. Tanpa
menyiapkan kunci tersebut, jangan berharap kita bisa membuka
pintu-pintu kebahagiaan dalam kehidupan berumah tangga. Boleh jadi
kebahagiaan itu akan terus bersembunyi di balik tembok –tembok yang
kokoh, di balik pintu yang tertutup. Kebahagiaan hanya akan menjadi
milik orang lain. Kalau ada pepatah yang berbunyi “rumput tetangga lebih
hijau”, seseorang cenderung melihat orang lain yang bahagia, dengan
ungkapan: “enak yah, tetangga kita bisa begini begitu, suami/istrinya
bisa begini begitu”. Ungkapan-ungkapan semacam ini muncul, boleh jadi
karena konsep sabar dan syukur belum diamalkan. Dia menganggap, hanya
dirinya yang berhadapan dengan masalah, orang lain tidak punya masalah,
semua lurus-lurus saja, suaminya baik-baik saja, istrinya baik-baik
saja. Padahal, sejatinya setiap suami, setiap istri, mereka memiliki
kekurangan, memiliki masalah. Yang perlu dicatat adalah bahwa masalah
dan kekurangan orang itu berbeda-beda. Dan yang perlu dicatat juga
adalah bagaimana kekurangan/kelemahan yang ada, bisa secara bijaksana
kita perbaiki, dengan sentuhan cinta dan kasih sayang.Jika
kita masih menghadapi kesulitan untuk mengaplikasikan “sabar dan
syukur”,sebaiknya banyak-banyaklah kembali membaca hadis berikut “
Sungguh menakjubkan orang beriman,semua urusannya baik bagi dirinya. Dan
itu tidak akan terjadi kecuali pada orang beriman. Apabila diberi
sesuatu yang menyenangkan, ia akan bersyukur, dan apabila diberi
musibah/sesuatu yang tidak menyenangkan, ia akan bersabar. Dan
kedua-keduanya baik baginya” (Hadits Riwayat Muslim). Hal lain yang
harus kit lakukan adalah selalu mendekat kepada Dzat yang maha sabar
(shabuur), dan Dzat yang maha bersyukur (Syakuur), Allah swt. Insya
Allah kita akan menjadi orang yang bisa mudah bersabar dan bersyukur,
dalam menghadapi setiap hal dalam kehidupan berkeluarga. Wallahu a’lam
bishawab.
0 comments:
Post a Comment